artikel

ByRSU Harapan Ibu

Apa itu Infeksi Virus Hepatitis?

Hari hepatitis sedunia diperingati setiap tanggal 28 Juli. Pada hari hepatitis sedunia tahun ini World Health Organization mengusung tema “One Life, One Liver”. Tema tersebut menyoroti pentingnya organ hati untuk kehidupan yang sehat. Selain itu juga menyoroti perlunya meningkatkan pencegahan infeksi virus hepatitis, pemeriksaan dan pengobatan untuk meningkatkan kesehatan hati, pencegahan penyakit pada organ hati, serta mendapatkan target eliminasi hepatitis tahun 2030.

Sebelum kita bahas lebih lanjut perlu kita kenali apa itu hepatitis.

Pengertian Hepatitis

Kata Hepatitis memiliki arti peradangan pada hati. Hepatitis atau radang hati dapat disebabkan oleh banyak hal seperti cedera fisik, infeksi bakteri, efek samping obat, maupun infeksi virus. Salah satu penyebab hepatitis yang terbanyak adalah karena infeksi virus. Saat ini telah teridentifikasi 5 virus penyebab hepatitis virus, yaitu hepatitis A, B, C, D, dan E yang secara spesifik menyerang organ hati. Setiap jenis virus hepatitis tersebut berasal dari famili yang berbeda sehingga memiliki karakteristik dan tingkat keganasannya masing-masing. Gejala yang ditimbulkan dapat berupa gejala ringan sampai berat. Kelima virus hepatitis tersebut menyebabkan infeksi baru atau akut, tetapi hanya virus hepatitis B dan C yang dapat menyebabkan infeksi kronis dan meningkatkan risiko sirosis hati, gagal hati bahkan kanker hati.

Hepatitis virus menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat. Hepatitis virus berpengaruh terhadap angka kesakitan, angka kematian, status kesehatan masyarakat, dan angka harapan hidup. Hepatitis virus ini juga berdampak pada sosial ekonomi. Hepatitis virus dapat menyerang siapa saja, baik itu bayi, anak-anak, ibu hamil, orang dewasa, bahkan lansia. Berdasarkan Riskesdas tahun 2013 prevalensi virus hepatitis B di Indonesia berkisar 7,1 % (sekitar 18 juta) dan virus hepatitis C berkisar 1,01% (sekitar 2,5 juta). Data dari kementerian kesehatan pada tahun 2022 terdapat ibu hamil positif hepatitis B sebanyak 50.744 orang, dengan 35.757 bayi yang lahir dari ibu tersebut juga positif hepatitis B.  Akibat tingginya kasus hepatitis virus dan besarnya dampak yang mungkin ditimbulkan, maka penting bagi kita untuk mengenali, mencegah, menemukan dan menangani segera infeksi hepatitis virus tersebut.

Jenis Virus Hepatitis

Berikut merupakan karakteristik dari masing-masing infeksi virus hepatitis:

 

Hepatitis A                                                 

Ditularkan melalui makanan dan air yang terkontaminasi. Gejala yang ditimbulkan biasanya berupa demam, lemah, hilang nafsu makan, diare, mual, muntah, nyeri perut, warna urin gelap, serta mata dan kulit kuning. Gejala lebih sering muncul pada orang dewasa. Keparahan penyakit dan efek fatal lebih tinggi pada kelompok usia yang lebih tua. Pemulihan dari infeksi akut hepatitis A memberikan perlindungan seumur hidup terhadap paparan virus hepatitis A di masa mendatang. Tidak ada infeksi kronis virus hepatitis A. Kebersihan personal yang baik dan sanitasi yang layak dapat mencegah hepatitis A. Vaksin yang aman tersedia untuk bayi usia lebih dari 12 bulan, anak-anak, dan dewasa. Vaksin hepatitis A direkomendasikan untuk orang dengan hepatitis B. Tidak ada perawatan obat spesifik yang diperlukan untuk infeksi hepatitis A. Obat bisa diberikan sesuai gejala yang ditimbulkan.

Hepatitis B

Ditularkan dari orang yang terinfeksi ke orang lain melalui kontak dengan darah  (transfusi darah, jarum yang terkontaminasi dan tidak steril, berbagi alat-alat personal seperti pisau cukur atau sikat gigi, tatto, atau transplantasi organ), sex tanpa pengaman, atau dari ibu ke bayinya ketika persalinan. Pajanan virus hepatitis B dapat menyebabkan hepatitis akut yang dapat sembuh spontan dan memberikan kekebalan terhadap virus hepatitis B, atau dapat berkembang menjadi hepatitis kronis. Infeksi kronis dapat terjadi pada 90% bayi, 50% anak-anak, dan 10% orang dewasa yang terpapar virus hepatitis B. Gejala hepatitis B akut di antaranya adalah gejala seperti flu (demam tinggi, sakit kepala, badan linu-linu, dan lelah), mual-muntah, kehilangan nafsu makan, nyeri perut, warna urin gelap dan BAB pucat, serta mata dan kulit kuning. Hepatitis B kronis sebagian besar tidak menunjukkan gejala, dan sebagian yang lain dapat muncul gejala seperti lemas dan tidak nyaman pada perut kanan atas. Hepatitis B kronis dapat menyebabkan sirosis hati yang ditandai dengan mata dan kulit kuning, bengkak pada tungkai, atau timbunan cairan pada perut bahkan sampai gangguan kesadaran. Virus Hepatitis B merupakan penyebab primer dari kanker hati yang merupakan penyebab ke-2 kematian akibat kanker di seluruh dunia. Terdapat vaksin untuk mencegah infeksi hepatitis B pada bayi baru lahir, anak-anak, dan orang dewasa. Terdapat perawatan obat, tetapi tidak ada obat untuk menyembuhkan virus hepatitis B.

Hepatitis C

Ditularkan lewat darah yang terinfeksi, sex tanpa pengaman, dan jarum yang terkontaminasi dan tidak steril. Gejala yang dapat ditimbulkan dari infeksi virus hepatitis C di antaranya adalah demam, lelah, mual-muntah, tidak nafsu makan, nyeri perut, warna urin gelap, serta kuning pada mata dan kulit. Infeksi kronis dapat terjadi pada 55-85% orang dewasa yang terinfeksi. Belum tersedia vaksin untuk hepatitis C. Obat untuk infeksi virus hepatitis C ditemukan dan disetujui pada tahun 2013.

Hepatitis D

Ditularkan lewat darah yang terinfeksi, sex tanpa pengaman, jarum yang terkontaminasi, dan dari ibu ke bayinya. Sebagian besar infeksi hepatitis D tidak menunjukkan gejala, tetapi ada yang muncul gejala seperti demam, lelah, nyeri otot dan sendi, sakit perut, mual-muntah, tidak nafsu makan, warna urin gelap dan BAB pucat, serta mata dan kulit kuning. Infeksi  virus hepatitis D hanya mungkin jika seseorang sudah terinfeksi hepatitis B atau seseorang dapat terinfeksi dengan kedua virus tersebut dalam waktu yang sama. Ko-infeksi virus hepatitis D dengan hepatitis B menyebabkan kerusakan hati yang lebih serius dan cepat. Vaksin hepatitis B dapat mencegah infeksi virus Hepatitis D.

Hepatitis E

Ditularkan melalui air dan makanan yang terkontaminasi (terutama daging babi dan kerang), dan produk darah. Gejala yang dapat ditimbulkan pada fase awal muncul demam ringan, berkurangnya nafsu makan, mual-muntah yang berlangsung selama beberapa hari. Gejala lain bisa muncul seperti nyeri perut terutama kuadran kanan atas, gatal-gatal, ruam kulit, atau nyeri sendi. Selain itu bisa muncul gejala mata dan kulit kuning, warna urin keruh dan BAB pucat, serta pada pemeriksaan bisa ditemukan tanda pembesaran organ hati. Infeksi virus hepatitis E biasanya dapat sembuh sendiri dan membaik dalam 2-6 minggu. Pada kasus yang jarang virus hepatitis E dapat menjadi infeksi yang berat dan menghasilkan hepatitis fulminan (gagal hati akut). Infeksi hepatitis E akut dapat menjadi kronis tetapi kasusnya jarang, terutama pada orang yang menerima transplantasi organ. Cina telah mengembangkan dan mengeluarkan vaksin hepatitis E, tetapi belum tersedia di manapun. Tidak ada perawatan obat spesifik untuk infeksi virus hepatitis E.

Pencegahan Virus Hepatitis

Setelah mengetahui karakteristik dari masing-masing virus hepatitis, kita dapat melakukan pencegahan terhadap risiko infeksi virus hepatitis melalui pola hidup bersih dan sehat. Pola hidup bersih dan sehat yang dimaksud di antaranya adalah cuci tangan secara benar, pengelolaan makanan yang benar, sanitasi yang layak, pemberian imunisasi, tidak bertukar alat-alat pribadi, menutup luka yang terbuka, penggunaan alat-alat steril, dan skrining darah donor maupun organ transplantasi. Selain itu perlu juga dilakukan deteksi dini pada orang yang memiliki gejala hepatitis, ibu hamil, dan masyarakat yang berisiko. Jika Anda merasakan gejala sakit hepatitis seperti yang telah disebutkan di atas, maka segeralah periksakan diri Anda ke dokter untuk deteksi dini, dan penanganan segera dari infeksi tersebut.

Mari kita jaga kesehatan organ hati untuk kualitias hidup yang lebih baik dengan cara menjaga diri kita dari hepatitis.

 

Artikel Kesehatan ini ditulis oleh dr. Umi Munifah, Dokter Umum RSU Harapan Ibu Purbalingga.

ByRSU Harapan Ibu

Solusi Cermat Cegah Stunting

Komplikasi Stunting pada Anak yang Perlu Diwaspadai

Mewujudkan generasi emas 2045 merupakan impian Indonesia. Diharapkan pada usianya yang ke-100 tahun Indonesia dapat memanfaatkan peluang bonus demografi dengan tersedianya sumber daya manusia berkualitas, yakni sumber daya manusia yang sehat, cerdas, kreatif dan berdaya saing. Dapat dikatakan kunci utama dalam mewujudkan mimpi tersebut terletak pada penyiapan generasi penerus bangsa yang berkualitas. Salah satu tantangan pembangunan manusia Indonesia yang berkualitas adalah stunting.

Apa itu Stunting?

Stunting merupakan sebuah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama, terutama dalam 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Menurut badan kesehatan dunia World Health Organization (WHO). Anak Stunting cenderung lebih kerdil dibanding anak seusianya.

Berdasarkan Survey Status Gizi Indonesia (SSGI) Kementerian Kesehatan tahun 2022 Prevalensi balita stunting di Indonesia mencapai 21,6%, angka ini turun 2,8 poin dari tahun sebelumnya. Sedangkan di provinsi Jawa Tengah sendiri menduduki peringkat 20 yaitu dengan presentase 20,8%. Untuk mencapai target stunting 14% tahun 2024, dibutuhkan dukungan dan kerjasama semua pihak dalam bentuk gerakan cegah stunting.

Program apa saja untuk cegah Stunting?

Terdapat 11 Program untuk menurunkan stunting. Pada program tersebut diarahkan pada 2 fase pertumbuhan. Yaitu, fase ibu hamil atau sebelum melahirkan dan fase sesudah melahirkan yang utamanya pada bayi usia 0-24 bulan. Fase fase ibu hamil atau sebelum melahirkan meliputi Sreening anemia, konsumsi tablet tambah darah (TTD) pada remaja putri, Pemeriksaan kehamilan, Konsumsi tablet tambah darah (TTD) pada ibu hamil, pemberian makanan tambahan bagi ibu KEK. Kemudian Fase sesudah melahirkan utamanya pada balita yakni pemantauan tumbuh kembang anak, pemberian ASI eksklusif, pemberian makanan tambahan protein hewani bagi baduta atau anak dibawah usia dua tahun, Tatalaksana balita dengan masalah gizi dan peningkatan cakupan dan perluasan jenis imunisasi. Selain itu, Edukasi remaja putri, ibu hamil, dan keluarga balita juga menjadi salah satu program untuk menurunkan stunting di Indonesia.

Artikel Kesehatan ini ditulis oleh Sumini Handayani, Amd. Kep. ketua PROGNAS: Stunting & Wasting RSU Harapan Ibu Purbalingga.

ByRSU Harapan Ibu

#RSUHIGoesToSchool: RSU Harapan Ibu Purbalingga Mengunjungi SD Purba Adhi Suta dalam Kegiatan Pemeriksaan Gigi Bersama

Purbalingga, 30 Juni 2023 – RSU Harapan Ibu Purbalingga dengan bangga melaksanakan kunjungan mereka ke SD Purba Adhi Suta dalam kegiatan pemeriksaan gigi yang diadakan pada Kamis, 15 Juni 2023. Kegiatan ini merupakan bagian dari program #RSUHIGoesToSchool yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran akan kesehatan di kalangan anak-anak sekolah dasar.

Dalam kunjungan tersebut, RSU Harapan Ibu Purbalingga bekerja sama dengan drg. Ditya Wulansari Mukorinah, seorang dokter gigi berpengalaman yang berdedikasi untuk kesehatan gigi anak-anak. Tim medis yang terdiri dari dokter gigi dan perawat gigi, tiba di SD Purba Adhi Suta dengan semangat dan antusiasme yang tinggi. Kegiatan pemeriksaan gigi yang dilakukan oleh RSU Harapan Ibu Purbalingga bertujuan untuk memberikan pemahaman tentang pentingnya kesehatan gigi kepada siswa-siswa SD Purba Adhi Suta. Setiap siswa menjalani pemeriksaan gigi menyeluruh oleh drg. Ditya Wulansari Mukorinah dan tim medis yang ahli. Mereka memberikan nasihat tentang kebiasaan baik dalam menjaga kesehatan gigi dan memberikan tips praktis tentang cara menyikat gigi yang benar.

Selain pemeriksaan gigi, kegiatan ini juga mencakup edukasi tentang pola makan sehat dan pentingnya menghindari makanan manis yang berisiko merusak gigi. “Sekolah adalah tempat yang penting untuk memulai pembiasaan sehat, termasuk perawatan gigi yang baik,” kata drg. Ditya Wulansari Mukorinah. “Melalui kegiatan #RSUHIGoesToSchool, kami berharap dapat meningkatkan kesadaran anak-anak tentang kesehatan gigi dan memberikan mereka pengetahuan yang berguna untuk menjaga gigi mereka sepanjang hidup.”

Kunjungan RSU Harapan Ibu Purbalingga ke SD Purba Adhi Suta dalam kegiatan pemeriksaan gigi bersama diapresiasi oleh kepala sekolah dan guru-guru. Mereka menyambut hangat kehadiran tim medis RSU Harapan Ibu Purbalingga dan berterima kasih atas upaya mereka dalam memperhatikan kesehatan gigi anak-anak. #RSUHIGoesToSchool adalah salah satu inisiatif yang dilakukan oleh RSU Harapan Ibu Purbalingga untuk berkontribusi dalam meningkatkan kesehatan masyarakat, terutama di kalangan anak-anak. RSU Harapan Ibu Purbalingga berkomitmen untuk terus mendukung dan melaksanakan kegiatan-kegiatan sosial yang bermanfaat seperti ini untuk mendorong gaya hidup sehat dan kesadaran akan pentingnya kesehatan gigi.

Untuk informasi lebih lanjut mengenai kegiatan #RSUHIGoesToSchool dan layanan kesehatan gigi RSU Harapan Ibu Purbalingga, silakan menghubungi:

Media Contact:
Email: [email protected]
Telepon: wa.me/+6281225264745

ByRSU Harapan Ibu

Atasi Bau Mulut

Bau mulut yang tidak sedap atau halitosis adalah masalah umum yang dialami oleh banyak orang. Namun, banyak orang mengabaikan masalah ini dan tidak menyadari bahwa bau mulut yang terus-menerus bisa menjadi tanda masalah kesehatan gigi yang serius. Menurut jurnal kesehatan, setidaknya ada satu penderita bau mulut untuk setiap empat orang.

Penyebab utama bau mulut diantaranya :

  • Gigi berlubang,
  • Karang gigi,
  • Infeksi gigi

Bakteri yang hidup di dalam mulut memecah sisa makanan yang tertinggal di gigi dan gusi serta melepaskan gas berbau tidak  sedap. Penyebab bau mulut lainnya yaitu:

  • Tidak menjaga kebersihan gigi dan mulut,
  • Penyakit gusi,
  • Mulut kering,
  • Merokok,
  • Konsumsi alkohol dan penyakit

Penting bagi kita untuk menjaga kebersihan gigi dan mulut dengan cara menyikat gigi setidaknya dua kali sehari, membersihkan lidah, dan menggunakan benang gigi, berhenti merokok dan tidak mengkonsumsi alkohol, penggunaan obat kumur sesuai anjuran dokter bisa membantu mengurangi risiko bau mulut. Selain itu, melakukan pemeriksaan gigi secara rutin ke dokter gigi bisa membantu mengidentifikasi dan mengatasi masalah kesehatan gigi sebelum menjadi lebih serius. Oleh karena itu, periksa gigi ke dokter gigi setidaknya dua kali dalam setahun dan mengikuti saran serta anjuran dari dokter gigi untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut.

Referensi:
Wu J, Cannon RD, Ji P, Farella M, Mei L. Halitosis: prevalence, risk factors, sources, measurement and treatment – a review of the literature. Australian Dental Journal 2020;65:4-11

Artikel Kesehatan ini ditulis oleh drg. Rosita Metasari, Dokter Gigi (Umum) RSU Harapan Ibu Purbalingga.

ByRSU Harapan Ibu

Keputihan karena Stress, Serta cara Mengatasinya

Keputihan merupakan masalah yang sering terjadi dan cukup mengganggu bagi sebagian besar wanita dewasa dan remaja perempuan. Selain itu, keputihan juga bisa terjadi pada bayi baru lahir. Terkadang, keputihan pada bayi baru lahir juga disertai dengan sedikit darah. Hal ini terjadi ketika bayi terlalu banyak terpapar oleh hormon ibu saat masih di dalam kandungan. Namun, keputihan ini umumnya akan menghilang setelah bayi berusia 2 minggu.

Pada sebagian besar kasus mengalami keputihan fisiologis atau normal, dan sebagian kecilnya mengalami keputihan abnormal. Keputihan terjadi saat keluarnya cairan atau lendir dari vagina dan leher rahim. Sebenarnya, cairan atau lendir ini dikeluarkan secara alami oleh tubuh menjaga vagina tetap bersih dan lembab, serta melindunginya dari infeksi.

Keputihan adalah kondisi normal yang terjadi setiap bulan. akan muncul saat menjelang menstruasi atau sesudah menstruasi dan masa subur.  Warna keputihan yang normal adalah jernih dan transparan, atau bisa cair seperti air dan lengket, serta tidak berbau.

Munculnya keputihan sangat dipengaruhi oleh sistem hormonal, atau tergantung pada siklus bulanan. Selain itu, kondisi lain seperti hamil, menyusui, terangsang secara seksual, memakai pil KB, masa ovulasi, dan kondisi psikis seperti stres bisa membuat cairan keputihan keluar lebih banyak.

Stres sering dikatakan sebagai salah satu faktor penyebab terjadinya keputihan. Saat ini belum ada studi klinis yang membuktikan bahwa stres merupakan penyebab langsung infeksi bakteri penyebab keputihan. Tetapi kondisi stres dapat memicu ketidakseimbangan hormon, memicu penurunan imunitas tubuh, hingga peningkatan kadar gula dalam darah (karena meningkatnya hormone stress kortisol) yang kemudian dapat meningkatkan risiko terjadinya infeksi vagina penyebab keputihan.

Sementara keputihan abnormal umumnya terjadi akibat infeksi oleh bakteri, virus, jamur atau parasit. Penyebab keputihan dari infeksi tidak menular misalnya akibat vaginosis bakterialis dan candidiasis. Sementara itu, keputihan dari infeksi menular umumnya disebabkan oleh penyakit menular seksual (PMS), seperti chlamydia, trikomoniasis, dan gonore. Selain infeksi, keputihan juga bisa menjadi tanda kanker pada rahim atau leher rahim (serviks). Jika keputihan sudah dalam kondisi yang tidak wajar, akan ditandai oleh beberapa hal seperti:

  • Menimbulkan rasa gatal dan atau terbakar di dalam vagina dan sekitar bibir vagina bagian luar.
  • Cairan berwarna abu-abu, merah/ kecoklatan, kuning atau hijau
  • Konsistensinya lebih kental
  • Mengeluarkan bau tidak sedap

Segera temui Dokter apabila anda mengalami keputihan yang tidak biasa dengan disertai gejala tertentu seperti nyeri perut/ nyeri area panggul, demam, kelelahan, peningkatan buang air kecil, hingga berat badan turun secara tiba-tiba.  Salah satu penyakit yang ditandai oleh keputihan yang abnormal adalah kanker serviks.

Berikut ini beberapa penyebabnya munculnya keputihan yang abnormal:

  • Kurang menjaga kebersihan vagina
  • Mengalami iritasi di dalam atau sekitar vagina
  • Memakai pakaian dalam yang ketat dari bahan sintetis (bukan katun), sehingga berkeringat dan memudahkan timbulnya jamur
  • Membilas vagina dari arah anus ke arah depan vagina
  • Tidak menjalani pola hidup sehat
  • Berhubungan seksual dengan sering berganti pasangan dan tanpa kondom
  • Menderita penyakit tertentu seperti : kanker serviks, diabetes, infeksi menular seksual dari klamidia atau gonore
  • Mengonsumsi pil KB dan obat kortikosteroid.
  • Terlalu sering memakai sabun atau lotion beraroma, mandi busa, dan membersihkan vagina dengan semprotan air.

Selain mengatasi penyebab infeksi, Anda juga perlu mengambil Tindakan untuk meredakan stress, beberapa Teknik berikut dapat membantu mengurangi stress yang dapat anda lakukan :

  • Berolahraga
  • Melakukan meditasi
  • Mengurangi beban berlebihan secara fisik dan mental, misalnya karena tanggung jawab pekerjaan
  • Istirahat/ tidur yang cukup
  • Menjalankan anjuran Dokter dan terapi yang diperlukan

Sebagai pencegahan atau mempercepat proses penyembuhan infeksi penyebab keputihan, anda dapat melakukan beberapa tips berikut :

  • Menjaga kebersihan vagina dengan mencuci menggunakan air hangat, jangan gunakan sabun kewanitaan di area vagina karena bisa memicu iritasi
  • Bersihkan area vagina dari arah depan ke belakang setelah buang air kecil atau besar dan berhubungan seks, untuk mencegah bakteri dari dubur masuk ke dalam vagina
  • Kenakan celana dalam katun yang bisa menyerap keringat sehingga sirkulasi bisa berlangsung maksimal
  • Kurangi asupan gula untuk mencegah kadar gula darah
  • Kenakan pantyliner apabila keluar keputihan yang banyak agar tetap kering dan menjaga kebersihan celana dalam
  • Jaga kebersihan vagina selama menstruasi dengan mengganti pembalut setidaknya setiap 3–5 jam sekali

    Artikel Kesehatan ini ditulis oleh dr. Citra Dewi Nirmala Sari, Dokter Umum RSU Harapan Ibu Purbalingga.

ByRSU Harapan Ibu

Mari Kenali Gigi Bungsu Kita

APA ITU GIGI BUNGSU ?

Gigi bungsu merupakan gigi geraham ketiga yang mulai muncul pada saat usia 17 hingga 21 tahun. Akibat tumbuh paling terakhir, gigi bungsu sering tidak mendapatkan ruang untuk dapat tumbuh sempurna sehingga terjadi yang disebut dengan impaksi gigi bungsu. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa ketidakcukupan ruang untuk tumbuh gigi bungsu disebabkan oleh pola makan manusia jaman sekarang yang cenderung memilih makanan lunak sehingga pertumbuhan rahang tidak maksimal. Terkadang gigi bungsu dapat tumbuh sesuai dengan alurnya, namun lebih sering tumbuh dengan posisi tidak normal. Gigi bungsu yang tidak tumbuh sesuai alur dapat berupa:

  • Tumbuh miring dengan mahkota gigi bungsu mengarah ke gigi di depannya. (Gambar A)
  • Tumbuh lurus ke atas atau ke bawah, namun tetap terjebak di dalam tulang rahang (tidak menembus gusi atau sebagian saja yang menembus gusi). (Gambar B)
  • Tumbuh miring dengan mahkota gigi bungsu menghadap ke sudut rahang. (Gambar C)

MASALAH APA YANG DITIMBULKAN OLEH GIGI BUNGSU ?

Gigi bungsu yang sedang tumbuh terkadang disertai rasa nyeri yang mengganggu aktivitas sehari-hari. Tidak hanya saat gigi bungsu tumbuh, permasalahan dapat terjadi setelah periode pertumbuhan gigi bungsu selesai. Berikut adalah risiko permasalahan akibat impaksi gigi bungsu:

  • Penyakit gusi

Food impaction atau terjebaknya sisa makanan pada gusi di sekitar gigi bungsu sering terjadi akibat sulitnya pembersihan yang efektif. Sisa makanan ini dapat menjadi sumber infeksi sehingga menyebabkan gusi kemerahan, bengkak dan rasa nyeri pada gusi di sekitar gigi bungsu.

  • Karies gigi / gigi berlubang

Kesulitan pembersihan di area sekitar gigi bungsu meningkatkan risiko gigi berlubang, baik pada gigi bungsu itu sendiri maupun gigi geraham di depannya.

  • Wajah bengkak

Wajah bengkak biasanya diawali oleh peradangan gusi atau gigi berlubang yang dalam. Pembengkakan ini harus diwaspadai karena dapat meluas dengan cepat ke area leher dan dada sehingga menyebabkan kesulitan menelan, hambatan jalan napas dan kematian.

  • Kista

Gigi bungsu berkembang di dalam kantung yang disebut folikel gigi. Kantung tersebut dapat terisi oleh cairan sehingga membentuk kista rahang yang merusak tulang rahang, gigi dan saraf.

  • Tumor

Impaksi gigi bungsu yang terpendam di dalam tulang rahang dapat berkembang menjadi tumor rahang yang disebut ameloblastoma. Tumor rahang ini bersifat jinak, pembesaran yang lambat dan tidak menimbulkan rasa nyeri. Apabila dibiarkan, tumor rahang ini dapat menyebabkan kerusakan tulang rahang, gigi goyang dan wajah yang tidak simetris.

  • Sakit kepala

Sakit kepala dapat terjadi akibat tekanan pada ujung saraf oleh impaksi gigi bungsu atau infeksi di area gigi bungsu. Rasa sakit berawal dari sekitar gigi bungsu yang dapat menjalar ke kepala bagian atas dan belakang.

  • Sulit membuka mulut

Kesulitan membuka mulut lebar lebih dari 3,5 cm dikenal dengan istilah trismus. Kondisi trismus ini dapat terjadi akibat infeksi gigi bungsu yang berdekatan dengan otot pengunyahan. Pada kasus trismus, penderita akan kesulitan untuk berbicara, makan dan menelan.

BAGAIMANA PENANGANAN TEPAT GIGI BUNGSU ?

Gigi bungsu tidak selalu harus dicabut, terutama pada kasus gigi bungsu yang dapat tumbuh normal dengan ruang cukup pada lengkung rahang. Jika gigi bungsu mengalami impaksi, tetapi tidak menimbulkan nyeri atau gejala lain, artinya kondisi ini masuk ke dalam kategori asimtomatik atau tanpa gejala. Pencabutan gigi bungsu diperlukan apabila terjadi impaksi gigi bungsu. Sebagian besar ahli menyarankan pencabutan gigi bungsu untuk mencegah risiko masalah di masa depan.

Pencabutan pada kasus impaksi gigi bungsu tidak dapat dilakukan dengan pencabutan biasa, melainkan melalui operasi bedah gigi yang biasa dikenal dengan istilah odontektomi. Pada saat operasi odontektomi, akan dilakukan pembiusan dengan teknik khusus terlebih dahulu sehingga tidak akan terasa nyeri selama prosedur operasi. Operasi odontektomi biasanya dilakukan oleh dokter gigi khusus yang ahli dalam bedah gigi dan mulut yang disebut dengan dokter gigi spesialis bedah mulut dan maksilofasial.

PENCEGAHAN

Pemeriksaan gigi rutin perlu dilakukan setiap 6 bulan sekali untuk mendeteksi secara dini kemungkinan ada atau tidaknya impaksi gigi bungsu. Penting untuk menjaga kebersihan gigi dan mulut, yaitu dengan cara:

  • Menyikat gigi dua kali sehari pada pagi dan malam hari sebelum tidur
  • Menyikat gigi pada seluruh gigi mulai dari gigi depan hingga ke gigi geraham yang paling ujung belakang
  • Menggunakan sikat gigi dengan ujung kepala sikat yang kecil sehingga dapat menjangkau bagian ujung gigi
  • Menggunakan sikat gigi dengan bulu lembut
  • Rutin mengganti sikat gigi setiap tiga bulan
  • Menggunakan pasta gigi yang mengandung fluoride

Artikel Kesehatan ini ditulis oleh drg. Andrianto Soeprapto, Sp.BM., Dokter Spesialis Bedah Mulut dan Maksilofasial RSU Harapan Ibu Purbalingga.