Monthly Archives:August 2023

ByRSU Harapan Ibu

Apa itu Infeksi Virus Hepatitis?

Hari hepatitis sedunia diperingati setiap tanggal 28 Juli. Pada hari hepatitis sedunia tahun ini World Health Organization mengusung tema “One Life, One Liver”. Tema tersebut menyoroti pentingnya organ hati untuk kehidupan yang sehat. Selain itu juga menyoroti perlunya meningkatkan pencegahan infeksi virus hepatitis, pemeriksaan dan pengobatan untuk meningkatkan kesehatan hati, pencegahan penyakit pada organ hati, serta mendapatkan target eliminasi hepatitis tahun 2030.

Sebelum kita bahas lebih lanjut perlu kita kenali apa itu hepatitis.

Pengertian Hepatitis

Kata Hepatitis memiliki arti peradangan pada hati. Hepatitis atau radang hati dapat disebabkan oleh banyak hal seperti cedera fisik, infeksi bakteri, efek samping obat, maupun infeksi virus. Salah satu penyebab hepatitis yang terbanyak adalah karena infeksi virus. Saat ini telah teridentifikasi 5 virus penyebab hepatitis virus, yaitu hepatitis A, B, C, D, dan E yang secara spesifik menyerang organ hati. Setiap jenis virus hepatitis tersebut berasal dari famili yang berbeda sehingga memiliki karakteristik dan tingkat keganasannya masing-masing. Gejala yang ditimbulkan dapat berupa gejala ringan sampai berat. Kelima virus hepatitis tersebut menyebabkan infeksi baru atau akut, tetapi hanya virus hepatitis B dan C yang dapat menyebabkan infeksi kronis dan meningkatkan risiko sirosis hati, gagal hati bahkan kanker hati.

Hepatitis virus menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat. Hepatitis virus berpengaruh terhadap angka kesakitan, angka kematian, status kesehatan masyarakat, dan angka harapan hidup. Hepatitis virus ini juga berdampak pada sosial ekonomi. Hepatitis virus dapat menyerang siapa saja, baik itu bayi, anak-anak, ibu hamil, orang dewasa, bahkan lansia. Berdasarkan Riskesdas tahun 2013 prevalensi virus hepatitis B di Indonesia berkisar 7,1 % (sekitar 18 juta) dan virus hepatitis C berkisar 1,01% (sekitar 2,5 juta). Data dari kementerian kesehatan pada tahun 2022 terdapat ibu hamil positif hepatitis B sebanyak 50.744 orang, dengan 35.757 bayi yang lahir dari ibu tersebut juga positif hepatitis B.  Akibat tingginya kasus hepatitis virus dan besarnya dampak yang mungkin ditimbulkan, maka penting bagi kita untuk mengenali, mencegah, menemukan dan menangani segera infeksi hepatitis virus tersebut.

Jenis Virus Hepatitis

Berikut merupakan karakteristik dari masing-masing infeksi virus hepatitis:

 

Hepatitis A                                                 

Ditularkan melalui makanan dan air yang terkontaminasi. Gejala yang ditimbulkan biasanya berupa demam, lemah, hilang nafsu makan, diare, mual, muntah, nyeri perut, warna urin gelap, serta mata dan kulit kuning. Gejala lebih sering muncul pada orang dewasa. Keparahan penyakit dan efek fatal lebih tinggi pada kelompok usia yang lebih tua. Pemulihan dari infeksi akut hepatitis A memberikan perlindungan seumur hidup terhadap paparan virus hepatitis A di masa mendatang. Tidak ada infeksi kronis virus hepatitis A. Kebersihan personal yang baik dan sanitasi yang layak dapat mencegah hepatitis A. Vaksin yang aman tersedia untuk bayi usia lebih dari 12 bulan, anak-anak, dan dewasa. Vaksin hepatitis A direkomendasikan untuk orang dengan hepatitis B. Tidak ada perawatan obat spesifik yang diperlukan untuk infeksi hepatitis A. Obat bisa diberikan sesuai gejala yang ditimbulkan.

Hepatitis B

Ditularkan dari orang yang terinfeksi ke orang lain melalui kontak dengan darah  (transfusi darah, jarum yang terkontaminasi dan tidak steril, berbagi alat-alat personal seperti pisau cukur atau sikat gigi, tatto, atau transplantasi organ), sex tanpa pengaman, atau dari ibu ke bayinya ketika persalinan. Pajanan virus hepatitis B dapat menyebabkan hepatitis akut yang dapat sembuh spontan dan memberikan kekebalan terhadap virus hepatitis B, atau dapat berkembang menjadi hepatitis kronis. Infeksi kronis dapat terjadi pada 90% bayi, 50% anak-anak, dan 10% orang dewasa yang terpapar virus hepatitis B. Gejala hepatitis B akut di antaranya adalah gejala seperti flu (demam tinggi, sakit kepala, badan linu-linu, dan lelah), mual-muntah, kehilangan nafsu makan, nyeri perut, warna urin gelap dan BAB pucat, serta mata dan kulit kuning. Hepatitis B kronis sebagian besar tidak menunjukkan gejala, dan sebagian yang lain dapat muncul gejala seperti lemas dan tidak nyaman pada perut kanan atas. Hepatitis B kronis dapat menyebabkan sirosis hati yang ditandai dengan mata dan kulit kuning, bengkak pada tungkai, atau timbunan cairan pada perut bahkan sampai gangguan kesadaran. Virus Hepatitis B merupakan penyebab primer dari kanker hati yang merupakan penyebab ke-2 kematian akibat kanker di seluruh dunia. Terdapat vaksin untuk mencegah infeksi hepatitis B pada bayi baru lahir, anak-anak, dan orang dewasa. Terdapat perawatan obat, tetapi tidak ada obat untuk menyembuhkan virus hepatitis B.

Hepatitis C

Ditularkan lewat darah yang terinfeksi, sex tanpa pengaman, dan jarum yang terkontaminasi dan tidak steril. Gejala yang dapat ditimbulkan dari infeksi virus hepatitis C di antaranya adalah demam, lelah, mual-muntah, tidak nafsu makan, nyeri perut, warna urin gelap, serta kuning pada mata dan kulit. Infeksi kronis dapat terjadi pada 55-85% orang dewasa yang terinfeksi. Belum tersedia vaksin untuk hepatitis C. Obat untuk infeksi virus hepatitis C ditemukan dan disetujui pada tahun 2013.

Hepatitis D

Ditularkan lewat darah yang terinfeksi, sex tanpa pengaman, jarum yang terkontaminasi, dan dari ibu ke bayinya. Sebagian besar infeksi hepatitis D tidak menunjukkan gejala, tetapi ada yang muncul gejala seperti demam, lelah, nyeri otot dan sendi, sakit perut, mual-muntah, tidak nafsu makan, warna urin gelap dan BAB pucat, serta mata dan kulit kuning. Infeksi  virus hepatitis D hanya mungkin jika seseorang sudah terinfeksi hepatitis B atau seseorang dapat terinfeksi dengan kedua virus tersebut dalam waktu yang sama. Ko-infeksi virus hepatitis D dengan hepatitis B menyebabkan kerusakan hati yang lebih serius dan cepat. Vaksin hepatitis B dapat mencegah infeksi virus Hepatitis D.

Hepatitis E

Ditularkan melalui air dan makanan yang terkontaminasi (terutama daging babi dan kerang), dan produk darah. Gejala yang dapat ditimbulkan pada fase awal muncul demam ringan, berkurangnya nafsu makan, mual-muntah yang berlangsung selama beberapa hari. Gejala lain bisa muncul seperti nyeri perut terutama kuadran kanan atas, gatal-gatal, ruam kulit, atau nyeri sendi. Selain itu bisa muncul gejala mata dan kulit kuning, warna urin keruh dan BAB pucat, serta pada pemeriksaan bisa ditemukan tanda pembesaran organ hati. Infeksi virus hepatitis E biasanya dapat sembuh sendiri dan membaik dalam 2-6 minggu. Pada kasus yang jarang virus hepatitis E dapat menjadi infeksi yang berat dan menghasilkan hepatitis fulminan (gagal hati akut). Infeksi hepatitis E akut dapat menjadi kronis tetapi kasusnya jarang, terutama pada orang yang menerima transplantasi organ. Cina telah mengembangkan dan mengeluarkan vaksin hepatitis E, tetapi belum tersedia di manapun. Tidak ada perawatan obat spesifik untuk infeksi virus hepatitis E.

Pencegahan Virus Hepatitis

Setelah mengetahui karakteristik dari masing-masing virus hepatitis, kita dapat melakukan pencegahan terhadap risiko infeksi virus hepatitis melalui pola hidup bersih dan sehat. Pola hidup bersih dan sehat yang dimaksud di antaranya adalah cuci tangan secara benar, pengelolaan makanan yang benar, sanitasi yang layak, pemberian imunisasi, tidak bertukar alat-alat pribadi, menutup luka yang terbuka, penggunaan alat-alat steril, dan skrining darah donor maupun organ transplantasi. Selain itu perlu juga dilakukan deteksi dini pada orang yang memiliki gejala hepatitis, ibu hamil, dan masyarakat yang berisiko. Jika Anda merasakan gejala sakit hepatitis seperti yang telah disebutkan di atas, maka segeralah periksakan diri Anda ke dokter untuk deteksi dini, dan penanganan segera dari infeksi tersebut.

Mari kita jaga kesehatan organ hati untuk kualitias hidup yang lebih baik dengan cara menjaga diri kita dari hepatitis.

 

Artikel Kesehatan ini ditulis oleh dr. Umi Munifah, Dokter Umum RSU Harapan Ibu Purbalingga.

ByRSU Harapan Ibu

Solusi Cermat Cegah Stunting

Komplikasi Stunting pada Anak yang Perlu Diwaspadai

Mewujudkan generasi emas 2045 merupakan impian Indonesia. Diharapkan pada usianya yang ke-100 tahun Indonesia dapat memanfaatkan peluang bonus demografi dengan tersedianya sumber daya manusia berkualitas, yakni sumber daya manusia yang sehat, cerdas, kreatif dan berdaya saing. Dapat dikatakan kunci utama dalam mewujudkan mimpi tersebut terletak pada penyiapan generasi penerus bangsa yang berkualitas. Salah satu tantangan pembangunan manusia Indonesia yang berkualitas adalah stunting.

Apa itu Stunting?

Stunting merupakan sebuah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama, terutama dalam 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Menurut badan kesehatan dunia World Health Organization (WHO). Anak Stunting cenderung lebih kerdil dibanding anak seusianya.

Berdasarkan Survey Status Gizi Indonesia (SSGI) Kementerian Kesehatan tahun 2022 Prevalensi balita stunting di Indonesia mencapai 21,6%, angka ini turun 2,8 poin dari tahun sebelumnya. Sedangkan di provinsi Jawa Tengah sendiri menduduki peringkat 20 yaitu dengan presentase 20,8%. Untuk mencapai target stunting 14% tahun 2024, dibutuhkan dukungan dan kerjasama semua pihak dalam bentuk gerakan cegah stunting.

Program apa saja untuk cegah Stunting?

Terdapat 11 Program untuk menurunkan stunting. Pada program tersebut diarahkan pada 2 fase pertumbuhan. Yaitu, fase ibu hamil atau sebelum melahirkan dan fase sesudah melahirkan yang utamanya pada bayi usia 0-24 bulan. Fase fase ibu hamil atau sebelum melahirkan meliputi Sreening anemia, konsumsi tablet tambah darah (TTD) pada remaja putri, Pemeriksaan kehamilan, Konsumsi tablet tambah darah (TTD) pada ibu hamil, pemberian makanan tambahan bagi ibu KEK. Kemudian Fase sesudah melahirkan utamanya pada balita yakni pemantauan tumbuh kembang anak, pemberian ASI eksklusif, pemberian makanan tambahan protein hewani bagi baduta atau anak dibawah usia dua tahun, Tatalaksana balita dengan masalah gizi dan peningkatan cakupan dan perluasan jenis imunisasi. Selain itu, Edukasi remaja putri, ibu hamil, dan keluarga balita juga menjadi salah satu program untuk menurunkan stunting di Indonesia.

Artikel Kesehatan ini ditulis oleh Sumini Handayani, Amd. Kep. ketua PROGNAS: Stunting & Wasting RSU Harapan Ibu Purbalingga.